Terkuburnya Jiwa Kritis Mahasiswa

Terkuburnya Jiwa Kritis Mahasiswa

Mahasiswa hendaknya menjadi agen of chage yaitu agen perubahan. Agen perubahan yang seharusnya mampu menempatkan posisinya sebagai “wakil” dari suatu tatanan sosial di masyarakat, untuk menyuarakan perubahan apabila diperlukan. 

Berbagai catatan sejarah membuktikan betapa pentingnya mahasiswa sebagai agen perubahan. Salah  satu contoh yang tak hilang dari ingatan yaitu peristiwa tahun 1998. Saat itu pemerintahan diktator yang menguasai negeri mampu digulingkan oleh para orator. Semua perubahan-perubahan itu dapat terjadi karena mahasiswa melakukan peruabahan dari dalam dirinya terlebih dahulu lalu menyuarakan perubahan untuk negara dan bangsanya.


Berbagai peristiwa hebat yang dipelopori oleh mahasiswa kini hanya menjadi dongeng dan legenda belaka disebabkan oleh pergeseran makna agen perubahan itu sendiri. Kenyataannya mahasiswa mahasiswa saat ini banyak dimanjakan oleh berbagai macam hal yang berusaha merubah atau bahkan merusak “identitas” kemahasiswaan mereka. Keadaan yang terjadi sekarang ini adalah seolah-olah merupakan representasi dari mahasiswa modern yang telah beradaptasi dengan trend jaman sekarang dengan standard yang telah “diciptakan” secara massif oleh industri-industri raksasa ataupun perseorangan lewat brand-brand ternama mereka. Di saat semua orang, khususnya mahasiswa terbawa arus mainstream ini, semua akan berlomba dan berkompetisi untuk saling pamer bagaimana berpakaian yang “keren serta trendy masa kini”, mulai dari yang berpenampilan ketat hingga menggunakan rok mini yang sangat kurang sopan. Padahal semua trend itu kurang lebih mengajarkan kita untuk menjadi hedonis dan cenderung narsis, karena selalu berorientasi pada kesenangan dan kepuasan semu, kemudian terhanyut dalam euforia pesta-pora belaka, sehingga melupakan tugas utama kita sebagai Mahasiswa. Melalaikan tugas sebagai agen perubahan dan agen kontrol sosial. Akibatnya banyak tikus-tikus politik berpesta pora menghabiskan seluruh harta kekayaan negara demi mengisi lambung karungnya yang tak pernah penuh. Dimana mahsiswa saat itu semua terjadi? Bahkan mahasiswa pun hanya bisa mengangguk ketika hidungnya dicocok  seperti kerbau oleh para birokrat

Mahasiswa saat ini membuat ruang-ruang diskusi semakin sempit. Mahasiswa semakin cuek terhadap lingkungannya dan menganggap mereka yang kritis dan suka berdiskusi adalah mahasiswa yang terlalu serius, sok-sokan sebagai intelek kacangan bahkan orator-orator nasi bungkus. Anggapan yang timbul beragam ini menimbulkan sikap apatis akut dalam kalangan mahasiswa itu sendiri. Kekompakan berkurang, individualis dan egois sangatlah tinggi. Mahasiswa sekarang bukanlah lagi menjadi Agen of Change (Agen perubahan) akan tetapi malah menjadi individu-individu yang terseret arus perubahan itu sendiri, tidak memiliki bekal mental yang cukup bagus dan jiwa yang cukup kritis dalam menyampaikan pendapat atau pertanyaan dalam berdiskusi apalagi dalam perdebatan ditataran intelektual.

Masih ada juga mahasiswa yang bertindak dengan benar dan aktif dalam organisasi. Semua itu dari kesadaran dirinya sendiri. Apakah ingin tetap berdiri di zona nyaman yang tidak akan pernah maju atau menjadi lebih baik dengan mencoba hal-hal yang baru dalam dunia organisasi. Pilihan ada ditangan kita.  Apakah kita mau menjadi Agen Perubahan atau Agen yang Diubah Keadaan?.

Kendari, 30 Desember 2016
S. D. R

1 komentar:

Copyright © 2013 HMJ PENDIDIKAN FISIKA FKIP UHO